Ada sebuah cerita singkat yang saya dapat dari seorang Imam, akan saya bagikan kepada Anda semua. Pada saat beliau sedang memimpin sebuah perayaan di gereja, beliau melihat seorang pengusaha sukses memasuki gereja dengan wajah lesu dan kusam dan sepanjang acara itu, terlihat tidak tenang. Setelah selesai, beliau menghampiri pengusaha itu dan bertanya apa yang sedang terjadi.
Pengusaha sukses itu berkata bahwa setiap malam ia tidak bisa tidur dengan nyenyak, makan pun tidak bisa tenang dan tidak bisa menikmatinya. Imam itu terheran-heran dan bertanya: ”Bapak, engkau memiliki pekerjaan yang sudah sukses, rumah yang mewah, bagaimana mungkin engkau tidak dapat tidur nyenyak di rumahmu yang mewah itu?”
Pengusaha itu berkata: ”Saya tidak tenang, karena saya terus berpikir bagaimana caranya saya bisa menjaga apa yang sudah saya punya dan ingin terus melipatgandakannya agar hidup saya lebih sukses dan bahagia”. Lalu Imam tersebut mengajaknya untuk melihat seorang pengayuh becak yang sedang tertidur pulas di becaknya. Imam berkata: ”Menurut Bapak, apa yang membuat pengayuh becak itu dapat tertidur dengan nyenyaknya, tidak beratapkan rumah mewah namun hanya di sebuah becak?” Bapak itu terdiam dan merenungkan hal itu. Ia sadar bahwa ia terlalu fokus pada pekerjaan dan kekayaan, namun ia lupa untuk menikmati hidupnya. Ia lupa menikmati waktu kebersamaan dengan keluarga, waktu istirahat, waktu makan, dan lain-lain.
Pekerjaan, jabatan atau kekayaan seperti cangkir. Cangkir yang menarik, terbuat dari kristal yang mahal. Melihat orang lain memegang cangkir tersebut, tidak sedikit orang menjadi iri dan perasaannya mulai terganggu karena kita hanya memegang cangkir yang terbuat dari plastik dan tidak menarik. Kita menjadi sibuk memperhatikan harta benda dan pekerjaan agar semuanya terlihat baik dan orang-orang menjadi iri kepada kita. Sedangkan kehidupan kita seperti kopi. Kita terpengaruh oleh ‘cangkir’ dan melupakan sesuatu yang seharusnya kita nikmati, yaitu kopi. Kualitas kopi adalah yang terpenting. Pekerjaan, jabatan dan kekayaan bukan merupakan jaminan kebahagiaan. Tidak ada gunanya pekerjaan, jabatan dan kekayaan melimpah namun kita tidak merasakan damai, sukacita dan bahagia di dalam kehidupan kita? Akan sangat menyedihkan, karena itu sama seperti kita meminum kopi yang sudah basi yang di sajikan di sebuah cangkir yang terbuat dari kristal yang mahal. Tampilan luar yang begitu indah dan menyilaukan, namun isinya sudah basi, tidak dapat di nikmati lagi. Maka kita harus fokus untuk menikmati hidup kita saat ini, menikmati proses, terus berjuang dan rajin bersyukur.
Selamat menikmati secangkir kopi yang berkualitas 🙂
Rosita Lim
Follow @rosita_lim on Twitter
http://facebook.com/rositalimrosi