0811-810-2288 info@rudylim.com

Perebut 7 penghargaan Golden Globen Awards 2016, La La Land, tentu membuat penasaran bagi para pecinta film seperti apa sebenarnya ilustrasi film tersebut. Penulis sekaligus sutradara film ini, Damien Chazelle, sebelumnya menghasilkan film yang juga luar biasa memukau dan meraih 3 piala Oscar 2015 yaitu Whiplash. Sehingga, film karya Damien yang terbaru ini tak ragu untuk ditonton. Di Annual Critics’c Choice Awards, La La Land masuk dalam 12 nominasi, bahkan ada 28 ahli yang memprediksi La La Land akan masuk dalam 14 nominasi dalam ajang bergensi Oscar nantinya menyamai Titanic (menurut goldderby.com). Tak sedikit yang penasaran, termasuk penulis, seperti apa sebenarnya film La La Land, sampai-sampai menjadi perbicangan yang cukup hangat dalam minggu terakhir ini.

Berawal dari Mia, seorang yang punya impian menjadi artis terkenal dengan bakal yang ia miliki, yang secara tidak sengaja bertemu dengan pria pecinta jazz, Sebastian. Keduanya mempunyai tujuan yang sama, yaitu menjadi seorang yang berhasil di dunia hiburan. Mia dengan kemampuannya berakting, Sebastian yang punya impian untuk menghidupkan kembali dunia jazz yang sudah lama terlupakan oleh anak muda khususnya.

Perjalanan mereka tidaklah mudah karena harus berawal dari titik nol, dicemoohi bahkan tidak didukung oleh keluarganya sendiri. Namun hal tersebut tidak membuat mereka menyerah, khususnya Sebastian. Cintanya terhadap music jazz yakin membuat ia yakin dapat mengubah pandangan dunia terhadap jazz itu sendiri. Impian terbesarnya adalah menghidupkan kembali sebuah klub yang masih menyuguhkan jazz sebagai hiburan dari klub tersebut.

Impian memang identik dengan pengorbanan, tak ada kesuksesan besar yang diraih tanpa adanya pengorbanan. Waktu, tenaga, pikiran, dll pastinya berperan sangat besar dalam suatu pencapaian yang kita harapkan. Ketika Mia dan Sebastian menjalani hubungan, dari sisi finansial tentu keduanya belum stabil. Adapun kekhawatiran ibu Mia terhadap masa depan putrinya, ketika melihat Sebastian yang masih belum punya penghasilan tetap. Suatu hari ketika mereka sedang mengunjungi sebuah café malam hari untuk bersantai ria, Sebastian bertemua dengan teman lamanya yang dimana pada kesempatan itu temannya menawarkan pekerjaan sebagai pemain keyboard/piano dengan penghasilan yang lumayan. Awalnya Sebastian menolak, namun hari ke hari hal tersebut menjadi pertimbangan baginya, dan ia pun menerima tawaran dari temannya.

Mia awalnya turut senang dengan pilihan pasangannya, dan ia pun mengira pekerjaan tersebut tetap ada di jalur dunia jazz yang menjadi kebanggaan Sebastian. Suatu hari ia hadir di konser grup Sebastian, dan ia cukup kaget ketika menyadari Sebastian telah membuat jazz yang ia cintai selama ini dan berubah ke genre lain hanya demi penghasilan semata. Singkat cerita ribut pun terjadi, kata-kata yang tidak enak pun mulai dilontarkan dari masing-masing pihak. Akhirnya mereka memilih untuk menenangkan diri dan fokus pada impian masing-masing. Mia di jalur beraktingnya dan Sebastian kembali ke dunia jazz yang ia cintai.

Tidak hanya Sebastian, gaya akting yang menjadi kelebihan Mia ternyata tidak disukai oleh banyak kalangan. Ia mencoba untuk memerankan sebuah akting yang ia tulis sendiri alur ceritanya, bahkan ia bayar panggung teater tersebut demi aktingnya dikenal oleh orang-orang. Namun yang ia dapatkan justru cemoohan dari orang-orang yang menyaksikannya. Ketika di titik ia sudah menyerah, pasrah dan malu pada dirinya sendiri, ia memutuskan untuk kembali ke rumah orang tuanya dulu. Namun ada keajaiban yang terjadi yang tak ia sadari, dimana ternyata saat ia manggung di hari kemarin, ada seorang produser yang tertarik dan mengundang ia untuk audisi dalam proyek baru nantinya.

Waktu cepat berlalu, dan impian yang selama ini menjadi alasan mereka berjuang hidup perlahan-lahan mulai terwujudkan. Mia menjadi artis yang terkenal lewat kerja keras dan kegigihannya, Sebastian pun berhasil menjadi pemilik sebuah klub yang ia impikan dengan nama, SEB’S, yang pernah digagas oleh Mia dulu. Masing-masing dari mereka mewujudkan apa yang menjadi impian mereka selama ini. Susah duka yang mereka hadapi dulu, terbayar sudah lewat kerja keras, fokus dan pantang menyerah.

Namun, ending dari film ini pastinya menyisakan banyak tanda tanya bagi yang sudah menontonnya. Kenapa begitu? Why? Why? Why? Banyak sekali yang penasaran mengapa sang penulis sekaligus sutrada membuat akhir yang misteri, well itulah karya Damien Chazelle. Mia dan Sebastian yang berjuang bersama untuk memperbaiki kehidupan mereka, namun pada akhirnya mereka tidak bersama. Mia menikah dengan pria lain, punya seorang putri, dan hidup sangat bahagia. Dan Sebastian tetap sendiri, dan mengisi hari-harinya di klub SEB’S yang ia punya. Tak ada penjelasan apapun kenapa mereka bisa berpisah dan tidak menjadi pasangan hidup pada akhirnya. Itulah misteri.

Ilusi film tersebut secara tidak langsung sebenarnya menceritakan itulah kehidupan manusia. Penuh dengan misteri dan ada hal-hal yang memang tidak bisa dijelaskan alasannya. Terkadang kita hanya bisa ikhlas untuk melepaskan sesuatu hal yang tidak diperuntukkan untuk kita, dan biarkan alam semesta bekerja semestinya. Because everything’s happened for a reason. Tergantung kita ingin mengambil sisi positif atau negatifnya, karena sudut pandang kita sedikit banyak akan mempengaruhi langkah yang kita ambil selanjutnya. Mungkin Mia dan Seb berbeda visi dan meraih impian mereka, sehingga mereka memilih berpisah untuk masa depan masing-masing yang lebih baik. Who knows? Hannya Damien yang bisa menjawab itu. Untuk yang belum nonton, watch it!

Trailer La La Land

Pin It on Pinterest